Kurban dan Korban
Secara etimologi, kurban atau qurban berarti 'mendekatkan diri.' Secara terminologi kurban berarti berjuang secara benar atas dasar takwa dan sabar, baik harta, tenaga, maupun jiwa dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah serta memperoleh keridhaan-Nya. Seringkali harta, tenaga, dan jiwa menjadi 'korban', belum menjadi 'kurban.' Hal ini lantaran dikeluarkannya bukan atas dasar takwa, sabar, dan ikhlas karena Allah.
Sebagaimana peristiwa pada suatu Hari Raya Idul Adha ada salah seorang sahabat Nabi yang bernama Abu Burdah menyembelih domba sebelum pelaksanaan shalat Idul Adha. Sehingga, ia hanya disebut berkorban belum berkurban, karena melakukan amal perbuatan tanpa melalui perintah dan aturan Rasulullah SAW. Ada juga peristiwa hijrahnya Muhajir Ummu Qeis--hijrah karena terpikat wanita ia bukan kurban tapi hanya korban, niatnya bukan karena Allah.
Memurnikan niat dalam setiap amal merupakan langkah awal dari penyucian jiwa dan persyaratan diterimanya ibadah kurban seseorang (QS Al-Bayyinah [98]: 5).
Sebagaimana peristiwa pada suatu Hari Raya Idul Adha ada salah seorang sahabat Nabi yang bernama Abu Burdah menyembelih domba sebelum pelaksanaan shalat Idul Adha. Sehingga, ia hanya disebut berkorban belum berkurban, karena melakukan amal perbuatan tanpa melalui perintah dan aturan Rasulullah SAW. Ada juga peristiwa hijrahnya Muhajir Ummu Qeis--hijrah karena terpikat wanita ia bukan kurban tapi hanya korban, niatnya bukan karena Allah.
Memurnikan niat dalam setiap amal merupakan langkah awal dari penyucian jiwa dan persyaratan diterimanya ibadah kurban seseorang (QS Al-Bayyinah [98]: 5).
Dalam satu hadis Umar bin Khathab menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya amal perbuatan bergantung pada niatnya, dan setiap orang memperoleh apa yang diniatkannya. Barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya hanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya, barangsiapa niat hijrahnya kepara urusan dunia, niscaya hijrahnya sesuai dengan apa yang telah diniatkannya.'' (HR Khamsah).
Sejarah telah mencatat tentang kurbannya Qabil yang ditolak Allah karena tidak ikhlas dan kurbannya Habil yang diterima Allah karena ikhlas (QS Al-Maidah [5]:27).
Sejarah telah mencatat tentang kurbannya Qabil yang ditolak Allah karena tidak ikhlas dan kurbannya Habil yang diterima Allah karena ikhlas (QS Al-Maidah [5]:27).
Dialog Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail menggambarkan bahwa keduanya berkurban, Nabi Ibrahim bertanya, ''Wahai Anakku, Sesungguhnya aku bermimpi menyembelihmu. Maka, pikirkanlah bagaimana pendapatmu.'' Nabi Ismail menjawab, ''Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.'' (QS Ash-Shaffat [37]:102).
Kurban seseorang diterima karena atas dasar takwa dan keikhlasan, bukan karena besarnya timbangan daging dan darah hewan yang disembelih. (QS Al-Hajj [22]:37). Jelasnya kurban bukan hanya sekadar menyembelih hewan kambing, domba, qibas, sapi, kerbau, atau unta setiap Hari raya Idul Adha dan Hari Tasyrik (10 s/d 13 Dzulhijjah) tetapi kurban merupakan pola dasar dan pedoman hamba Allah yang beriman dalam berbagai segi kehidupan.
Kurban seseorang diterima karena atas dasar takwa dan keikhlasan, bukan karena besarnya timbangan daging dan darah hewan yang disembelih. (QS Al-Hajj [22]:37). Jelasnya kurban bukan hanya sekadar menyembelih hewan kambing, domba, qibas, sapi, kerbau, atau unta setiap Hari raya Idul Adha dan Hari Tasyrik (10 s/d 13 Dzulhijjah) tetapi kurban merupakan pola dasar dan pedoman hamba Allah yang beriman dalam berbagai segi kehidupan.
Ibadah kurban hendaknya hanya bertujuan meraih ridha Allah
YUK BERQURBAN HUBUNGI :
RACHMAN
YUS :
TAFSIR :
AZMI:
ARSANA:
RIDHOI
Komentar
Posting Komentar