BUKTI KETAQWAAN SAAT PANDEMI COVID 19 DI BULAN DZULHiJJAH 1441H


IDUL ADHA merupakan salah satu event akbar umat Islam yang dirayakan umat muslim sedunia selain Idulfitri. Dalam merayakan momen istimewa ini, umat Islam bisa berbagi kebahagian kepada saudara seiman. Dan yang paling berkesan dalam merayakan Iduladha adalah perintah untuk berqurban. Banyak ulama yang menerangkan bahwa berqurban di Iduladha memiliki nilai yang utama, bahkan bila nilai sedekahnya lebih besar dari harga hewan qurban.
Berawal dari kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail, dalam membuktikan ketakwaannya kepada Allah, Robb Semesta Alam. Seperti yang dikisahkan dalam banyak siroh, Nabi Ibrahim merupakan seorang hamba yang sangat patuh kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala, termasuk ketika diperintahkan untuk menyembelih Nabi Ismail, anaknya. Padahal beliau telah menantikan kehadiran buah hati sejak lama. Begitu mendengar bahwa yang memerintahkan adalah Rabbul’alamin, Nabi Ismail tidak menolak dan tidak gentar sedikitpun. Berkat ketaatan dan kesabaran Nabi Ibrahim serta anaknya, Allah melepaskan cobaan kepada mereka dan menggantikan Ismail dengan seekor domba yang besar.
Selain mematuhi perintah Allah, berqurban menjadi pembuktian cinta pada pencipta. Jika ditelisik lebih dalam, ada banyak keteladanan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail kepada Allah. Dalam meraih takwa, bukan hanya menyembelih hewan qurban saja tetapi ketakwaan hamba dalam kesabaran demi meraih ridhoNya. Betapa banyak umat muslim yang enggan qurban terlebih di saat krisis akibat pandemi Covid-19. Poin keikhlasan menjadi landasan perintah berqurban terkait dengan kondisi pandemi saat ini karena masyarakat sedang dalam ekonomi ambruk, nafkah kian sulit dicari, kebutuhan sehari-hari sulit dipenuhi. Namun bila mengambil pelajaran dari ketauhidan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, Allah selalu memberikan hikmah bagi yang mematuhi syariatNya
Berqurban menjadi kunci pembuka untuk lebih mengenal agama Islam dimana kita bisa mengukur skala prioritas dalam hidup. Bukan berarti mengabaikan kebutuhan dunia, tetapi menempatkan prioritas agama harus ada dalam paradigma seorang muslim. Bila ibadah telah dijadikan prioritas tertinggi, maka menunaikan qurban tidak menjadi hal yang memberatkan.
Meski demikian, tidak semua umat muslim rela menyisihkan harta terbaik yang dimilikinya untuk berqurban. Berbagai sebab menjadi alasan sebabnya, entah karena lupa batas akhir berqurban, pengalihan alokasi dana untuk kebutuhan lain, hingga keraguan dan kekhawatiran yang datang. Namun dari semua alasan tersebut, sebenarnya muara ada pada kurangnya kesungguhan dalam menunaikan qurban.
qurban menjadi kunci pembuka untuk lebih mengenal agama Islam dimana kita bisa mengukur skala prioritas dalam hidup. Bukan berarti mengabaikan kebutuhan dunia, tetapi menempatkan prioritas agama harus ada dalam paradigma seorang muslim. Bila ibadah telah dijadikan prioritas tertinggi, maka menunaikan qurban tidak menjadi hal yang memberatkan.
Meski demikian, tidak semua umat muslim rela menyisihkan harta terbaik yang dimilikinya untuk berqurban. Berbagai sebab menjadi alasan sebabnya, entah karena lupa batas akhir berqurban, pengalihan alokasi dana untuk kebutuhan lain, hingga keraguan dan kekhawatiran yang datang. Namun dari semua alasan tersebut, sebenarnya muara ada pada kurangnya kesungguhan dalam menunaikan qurban.



Sungguh sebuah hal yang sangat nikmat apabila kita bisa meresapi keteladanan Nabi Ibrahim dan menerapkan dalam keseharian kita. Bersungguh-sungguh mengejar keridhaan Allah adalah pembeda di antara miliaran hambaNya. Untuk itu, diperlukan keseriusan untuk melakukan kebaikan yang menyebabkan lurusnya iman. Mudah-mudahan (keikhlasan) kita semua diterima oleh Allah dalam qurban yang akan kita laksanakan nanti. Semoga Allah berkahi kita semua..

Yuk! Berqurban hubungi : 
RACHMAN :


YUS :

TAFSIR :
AZMI:

ARSANA:
RIDHOI
 
MaduMaBali  RACHMANBEE
 

Komentar